PSID Sebut SBY Konsisten Pilih Jalur Diplomasi dalam Menyikapi Konflik Dunia

JakartaPartai Solidaritas Indonesia Demokrat (PSID) menegaskan bahwa mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah konsisten menggunakan pendekatan diplomasi dalam menyikapi berbagai konflik global. Sikap ini tercermin dari berbagai pernyataannya dalam forum internasional dan wawancara publik.

1. Krisis Multilateralisme: Pidato di Tokyo 2025

Dalam Konferensi Tokyo 2025 pada 4 Maret lalu, SBY menyoroti “krisis multilateralisme”—meleburnya komitmen negara-negara besar terhadap kerja sama internasional seperti Dewan Keamanan PBB—yang menyebabkan stagnasi dalam upaya penyelesaian konflik seperti di Ukraina, Gaza, Sudan, dan Myanmar. Ia menyerukan pemulihan “we-ism” daripada egoisme negara tunggal untuk memperkuat diplomasi global.

2. Dukungan terhadap Solusi Diplomatik Palestina–Israel

SBY menegaskan dalam wawancara dengan Liputan6.com pada 21 Februari 2025, bahwa solusi dua-negara (“two‑state solution”) adalah pendekatan paling realistis untuk penyelesaian konflik Israel–Palestina. Ia juga menyerukan peran negara-negara berpengaruh, khusus dari OkI dan Gerakan Non-Blok, untuk mendukung tercapainya solusi tersebut .

3. Seruan Gencatan Senjata dan Bantuan Kemanusiaan

Pada Juli 2014, SBY minta kabinet Indonesia terus mendorong diplomasi termasuk ajakan gencatan senjata di Gaza, serta aktif bekerja dengan PBB, OKI, dan Gerakan Non-Blok untuk membantu menghentikan kekerasan dan menggalang dukungan kemanusiaan.

4. Kritik terhadap Pemimpin Dunia

SBY juga mengkritik lambatnya tindakan pemimpin dunia dalam menyelesaikan konflik tak beradab, seperti di Gaza, Ukraina, dan Laut Cina Selatan. Ia mempertanyakan apakah masalahnya adalah ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk menahan kekerasan, dan menyerukan diplomasi serta perikemanusiaan sebagai solusi terbaik.

5. Konsistensi Diplomasi dan Peran Indonesia

Selain pernyataan SBY, PSID menyoroti bahwa politik luar negeri Indonesia telah mengedepankan diplomasi lunak, terutama selama SBY memimpin (2004–2014), dengan prinsip “seribu teman, nol musuh.” Ini selaras dengan kebijakan bebas‑aktif dan konsisten mendukung solusi diplomatik atas konflik dunia .

Rangkuman Sikap SBY:

Aspek Sikap & Aksi
Multilateralisme Kritik terhadap melemahnya kerjasama global; ajakan memperkuat PBB dan diplomasi
Konflik Timur Tengah Usul solusi dua-negara, gencatan senjata, dan kerjasama internasional
Kritik Global Soroti lambannya respons dunia terhadap konflik; dorong diplomasi proaktif
Politik Luar Negeri Politikk bebas‑aktif, soft power, strategi “seribu teman”

PSID menegaskan bahwa konsistensi SBY dalam memilih jalur diplomasi—bukan kekuatan militer—telah menjadi landasan strategi Indonesia dalam menyikapi konflik global. Melalui multilateralisme, negara-negara berpengaruh, dan prinsip soft power, SBY diyakini terus mendorong perdamaian dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *